Artikel Ilmiah K3 " APLIKASI ERGONOMI PADA PEKERJA KULI PANGGUL"
APLIKASI
ERGONOMI PADA BURUH KULI PANGGUL PASAR
Muhammad
Mu`tasimbillah Ghozi
Teknik
Elektro, Fakultas Teknik, Universitas Negeri Yogyakarta
Dibimbing
oleh : Nurhening Yuniarti, M.T.
Abstrak
Indonesia merupakan Negara
dengan penduduk terbesar ke - 4 di
dunia, dengan total 259.940.857 juta orang dengan 6,41 juta penduduknya merupakan
pekerja bebas disektor non pertanian. Salah satu jenis pekerjaan yang masuk
dalam kategori tersebut antara lain, buruh di berbagai sector termasuk
perdagangan. Banyaknya buruh dibidang ini antara lain kuli panggul. Sekilas
memang tidak ada masalah pada pekerjaan ini, namun jika diperhatikan lebih
lanjut, pekerjaan ini sangat beresiko ditambah tanpa ada badan yang membawahi
jenis pekerjaan ini, sangat memperparah kondisi lingkungan kerja.
Kurangnya pengetahuan dalam
mengatasi manual handling, membuat pekerja ini asal- asalan dalam memperlakukan
pekerjaanya. Sebagai kuli panggul, pekerjaan ini sasngat bergantung pada
kekuatan otot, maka jika salah dalam melakukan pengangkatan sudah dapat
dipastikan akibatnya. Masalah yang paling sering dialami antara lain, terkilir,
kesemutan, keram otot, syaraf terjepit, yang semuanya bisa berdampak ke
penyakit akibat kerja yang lebih fatal jika dibiarkan yaitu stroke ( kelumpuhan
).
Oleh karena itu, dalam artikel ini
akan dibahas mengenai manual handling yang termasuk postur kerja, metode
pengangkatan, bagian otot dan kerangka dalam mendukung pekerjaan ini agar lebih
aman, dan juga psikologis untuk dapat diterapkan pada pekerja. Era 2015 ini,
telah diterapkan MEA ( Masyarakat Economi ASEAN ), maka K3 sangat diperhatikan
untuk mendukung kompetisi dengan meningkatkan sumber daya manusia para pekerja.
Kata
kunci : kuli panggul, manual handling,
K3
Abstract
Indonesia
is the country with the fourth largest population in the world, with a total
population of 259,940,857 million people, with the population as free workers
6.41in million non agricultural sector.
One of the types of jobs that fall into those categories, among others, labour
in various sectors including trade. The number of laborers in the field include
porters. At first glance there is no problem on this job, but in additionally
noted, this work is highly risky plus without any agency that oversees this
type of work, it is really aggravating conditions of the work environment.
Lack of
knowledge in tackling manual handling, this does not make workers responsible
for treating the improvements. As porters, this work relies heavily on muscle
strength, so if the wrong in doing the appointment already can be ensured as a
result. The problems most often experienced by, among others, sprains, muscle
cramps, tingling, pinched nerves, all of which could have an impact to the
occupational diseases that are more fatal if left i.e. stroke
( paralysis ).
Therefore,
in this article will be discussed about manual handling posture work related,
method of appointment, parts of the muscular and skeleton in supporting this
work with safer, and also psychological for applicable to workers. The era of
2015, has applied the MEA ( ASEAN Economics Society ), then the HSE (health and
safety) is noted for supporting competition by increasing human resources
workers.
Key words : porters, manual handling,
HSE ( Health and Safety )
PENDAHULUAN
Kesehatan dan Keselamatan Kerja atau
health and safety for occupational merupakan hubungan antara tenaga kerja
dengan lingkungan kerja, posisi kerja, factor ergonomis, dan factor lain yang
mendukung pekerjaan, guna mendapatkan keamanan, keselamatan, dan kenyamanan
dalam bekerja yang berdampak pada positive
benefit pekerja. Menurut WHO / ILO (1995), kesehatan kerja bertujuan untuk
peningkatan dan pemeliharaan derajat kesehatan fisik, mental dan sosial yang
setinggi - tingginya bagi pekerja di semua jenis pekerjaan, pencegahan terhadap
gangguan kesehatan pekerja yang disebabkan oleh kondisi pekerjaan, perlindungan
bagi pekerja dalam pekerjaannya dari risiko akibat faktor yang merugikan
kesehatan, dan penempatan serta
pemeliharaan pekerja dalam suatu lingkungan kerja yang disesuaikan dengan
kondisi fisiologi dan psikologisnya.
Tujuan dari penerapan K3 antara lain
agar terwujudnya aktivitas produksi yang sesuai target perencanaan yang
didukung dari berbagai elemen yaitu pekerja, ruang kerja, proses produksi,
serta lingkungan. Hal ini sering disebut ergonomic, yaitu hal yang berkenaan
dengan studi aspek manusia dalam lingkunganya bekerja ditinjau secara anatomi,
fisiologi, psikologi, engineering, manajemen, dan desain / perancangan ( Nurmianto,
2004 ). Selain itu, ergonomi juga
mencakup analisis, sintesis, evaluasi kerja yang bisa diterapkan diberbagai
bidang termasuk oleh kalangan pendidikan dan industry.
The
ILO Constitution sets forth the principle that workers should be protected from
sickness, disease and injury arising from their employment. Yet for millions of
workers the reality is very different. Every day, 6,300 people die as a result
of occupational accidents or work-related diseases – more than 2.3 million
deaths per year. 317 million accidents occur on the job annually; many of these
resulting in extended absences from work ( ILO, 2003 ) .
Menyumbang 6,1 juta orang
penduduknya bekerja sebagai buruh pekerja bebas ( ILO, 2014 ), dari total
259.940.857 orang penduduk Indonesia ( BPS,
2010 ). Indonesia merupakan salah satu
negara dengan usia produktif tertinggi didunia, dengan segala potensi besar
dalam perputaran ekonomi.
Pekerja bebas yang merupakan salah satu kaum buruh
terbesar adalah kuli panggul. Banyaknya pekerja, terutama dapat dilihat di
pasar, terminal, industry baik sector pertanian maupun non pertanian, atau di gudang menjadi sorotan keilmuan K3
karena sangat minim dalam implementasi K3 dan jauh dari arti ergonomic. Dipasar
misalnya, banyak aspek serupa yang tidak diperhatikan baik pekerja maupun
pengelola. Khususnya
kuli angkut di Pasar Bunder Sragen, terpaksa melakukan aktivitas angkat dan
angkut yang merupakan pekerjaan fisik berat, faktor–faktor lain juga dipicu
oleh kondisi kerja dan lingkungan kerja yang tidak ergonomis juga dapat memberi
beban tambahan pada pekerja kuli angkut ( eprints.ums.ac.id, 2014 ).
Kesejahteraan dan kesehatan seringkali menjadi
tuntutan dalam aksi-aksi yang dilakukan buruh. Bila dilihat dari beban kerja
dan upah buruh, ada beberapa masalah kesehatan yang kerap dialami buruh. Alasan
tersebut yang menjadi masalah keselamatan kerja, sebenarnya sudah jarang tapi
masih terjadi pada buruh lepas yang non pabrik ( Ari Fahrial, 2013 ). Biasanya
kan tanpa perlindungan Sehingga, banyak kecelakaan kecil dan fatal yang dialami
kuli panggul, karena bekerja mengangkat beban asal tanpa menggunakan tahapan
yang benar bahkan melebihi batas kemampuan tubuh. Tidak menggunakan fungsi
bagian tubuh dengan bijak, sesuai aturan standar K3. Overload merupakan common
sense action yang dilakukan para pekerja ini.
Dampak yang ditimbulkan dari
overload pun beragam, mulai keram otot, keseleo kaki, rusaknya ligament, hingga
cidera tulang leher. Factor kesalahan dalam metode pengangkatan, berdampak pada
syaraf dengan akibat yang lebih fatal yaitu stroke.
Namun, pekerja tidak sadar dan hanya mementingkan factor ekonomi. Melakukan
aktivitas yang mengandalkan kekuatan tubuh, justru pekerja memulainya tanpa
melakukan peregangan otot terlebih dahulu dalam bekerja. Padahal, hal ini
penting agar otot tidak kaku, pada jenis beban yang berbeda, membutuhkan
mekanisme bantuan otot yang berbeda pula, sehingga stretching sangat penting.
Jenis beban yang harus diminimalkan
adalah beban statis. Merupakan suatu hal yang penting bagi para ergonom untuk
mengetahui jenis otot yang sesuai untuk menopang beban statis / beban tetap
yang dalam kurun waktu lama (sustained
statis load) ( Nurmianto, 2004 ). Hal ini juga berhubungan dengan sumber energy
yang dibutuhkan pekerja untuk menjaga keseimbangan cairan dan energy yang
dikeluarkan. Sumber energy otot utamanya didapat dari makanan yang diolah melalui proses
metabolism.
Factor
K3 merupakan hal penting dalam melakukan pekerjaan ini, karena menggunakan
bagian vital tubuh yaitu otot, maka harus distandarkan agar tetap ergonomis. Ergonomic ( also called Human
Factors or Human Engineering in the
United States ) is neutral : it takes no sides – neither employers` or
employees`. It is not for or against progress. It is not a philoshopy, but a
scientific discipline and technology ( Karl and Anne Kroemer, 2001 ).
Ruang lingkup ergonomik sangat luas, antara lain :
Teknik,
Fisik, Psikologis, Anatomi, Anthropometri, Sosiologi, Fisiolog, Desain tempat kerja, Lingkungan kerja, dan sebagainya. Berdasarkan banyaknya
potensi hazard yang dapat ditimbulkan, agar sesuai dengan aspek Kesehatan dan
Keselamatan kerja ( K3 ), maka perlu adanya pengetahuan kuli panggul dalam
posisi mengangkat beban, time intensity,
jumlah beban, serta energy yang harus disupply ke tubuh agar tercapai
keseimbangan. Terjadinya kecelakaan kerja merupakan suatu bentuk kerugian baik
bagi korban kecelakaan kerja maupun Perusahaan / Organisasi. Upaya pencegahan
kecelakaan kerja diperlukan untuk menghindari kerugian-kerugian yang timbul
serta untuk meningkatkan kinerja keselamatan kerja di tempat kerja.
Dari fakta tersebut, penulis
memberikan gambaran keseimbangan terutama antara hubungan pembebanan otot dan konsumsi
energy pada pekerjaan kuli panggul agar tetap menggunakan standar K3 dalam
bekerja, sehingga dapat meminimalisir tejadinya kecelakaan akibat kerja serta
mendorong factor lingkungan dan factor lain agar ergonomis. Selain itu,
kesehatan dan keselamatan kerja ( K3 ) jug amerupakan salah satu prasyarat yang
ditetapkan dalam hubungan ekonomi perdagangan barang dan jasa antar negara yang
harus dipenuhi dari kesepakatan pasar bebas WTO dan GATT yang akan berlaku pada
2020 mendatang ( Ima Ismara dkk, 2010 ).
PEMBAHASAN
Masalah keselamatan dan kesehatan kerja (K3) secara umum
di Indonesia masih sering terabaikan. Hal ini ditunjukkan dengan masih
tingginya angka kecelakaan kerja. Kecelakaan kerja tidak harus dilihat sebagai
takdir, karena kecelakaan itu tidaklah terjadi begitu saja terjadi. Kecelakaan
pasti ada penyebabnya. Kelalaian perusahaan yang semata-mata memusatkan diri
pada keuntungan, dan kegagalan pemerintah meratifikasi konvensi keselamatan
internasional atau melakukan pemeriksaan buruh, merupakan dua penyebab besar
kematian terhadap pekerja.
1. Kesehatan dan Keselamatan Kerja
Hukum
- hukum kesehatan dan keselamatan kerja
di Indonesia dan yang diakui secara Internasional antara lain :
a.
Hukum - hukum kesehatan dan keselamatan kerja
zaman dahulu, yang ditujukan dengan tujuan memperbaiki kesalahan
yang terjadi dan kandunganya cenderung preskriptif ( isinya lebih kepada menetapkan cara untuk memperbaiki kesalahan)
dan membatasi lingkup setiap pekerjaan
dengan memberlakukannya hanya pada operasi, proses, atau tempat kerja tertentu
yang disebutkan didalam ketetapan ( act
) tersebut. Munculnya sumber hokum - hukum ini digunakan untuk melindungi para
pekerja dari bahaya yang ditimbulkan oleh perkembangan teknologi. Yang dulunya
hanya melindungi permesinan berubah menjadi melindungi manusia dan semakin
menitik beratkan pada antisipasi bahaya (penilaian resiko) daripada menanti
terjadinya kecelakaan kerja.
b.
Hukum-hukum kesehatan dan keselamatan kerja sekarang.
Lebih berkonsentrasi pada Health and Safety at Work, etc. Act 1974 (HSW) yang
proskriptif ( yaitu menetapkan sasaran yang hendak dicapai tanpa menyebutkan
caranya). Dengan membuat perangkat-perangkat
seperti regulasi untuk seluruh tenaga kerja.
2. Kesehatan Kerja
Kesehatan adalah unsur terpenting dalam menjamin kehidupan manusia, supaya kita dapat
menikmati hidup yang berkualitas, baik dirumah, maupun lingkungan dalam suatu
pekerjaan, dan dimanapun kita berada. Kesehatan juga merupakan faktor terpenting dalam menjaga kelangsungan hidup
sebuah organisasi. Dalam beberapa situasi dan kondisi pekerjaan, baik tata
letak tempat kerja atau material-material yang digunakan, menghadirkan resiko
yang lebih tinggi daripada normal, terhadap kesehatan. Oleh karena itu, perlu
adanya sinkronisasi lingkungan dalam mendukung kesehatan manusia.
3.
Keselamatan
Kerja
Selain kesehatan, keselamatan juga merupakan unsur
penting dalam mendukung kehidupan kita, supaya dalam melaksanakan suatu
pekerjaan kita dapat selamat dan terlindungi dari bahaya. Secara umum,
keselamatan kerja merupakan suatu proses
untuk menjaga dan menyempurnakan kesehatan jasmani ( fisik ) maupun rohani ( jiwa / psikologis ) manusia dalam
melakukan suatu pekerjaan, serta hasil karyanya dilakukan pada manusia.
Maka dapat diartikan ,
kesehatan dan keselamatan kerja adalah suatu unsur terpenting yang
saling berkaitan satu sama lain, dan
harus ada dalam hidup kita untuk menjaga, menjamin dan menyempurnakan
kesehatan baik jasmani maupun rohani dalam suatu pekerjaan yang dilakukan tiap
individu, dengan tujuan agar terhindar dari bahaya atau musibah yang mungkin
tidak dapat diprediksi.
Bebarapa faktor yang dapat terjadi dalam tempat kerja
meliputi kondisi kesehatan tenaga kerjanya, tempat kerja ( ruang), dan
lingkungan sekitar untuk mendukung tempat kerjanya. Ditinjau dalam aspek kesehatan,
apabila seorang tenaga kerja sedang dalam keadaan kurang sehat. Sebaiknya tidak
melakukan aktifitas di tempat kerjanya, dikhawatirkan dapat mengalami kejadian
yang tidak diinginkan. Dalam ruang lingkup ruangan tempat kerja, sebaiknya
diberikan peraturan yang dapat berupa manual / standar operasional produksi,
agar tiap - tiap tenaga kerjanya dapat berhati-hati sebelum melakukan
aktifitasnya. Sebagai contohnya dalam menyalakan mesin, harus mengetahui
terlebih dahulu cara mekanisme penggunaan mesin tersebut. Hal ini merupakan
upaya dalam mengedukasi pekerja agar selalu taat dan disiplin pada peraturan,
sehingga tujuan dari kesehatan dan keselamatan kerja dapat tercapai.
4. Syarat dan Tujuan kesehatan dan keselamatan
kerja (K3 ) antara lain :
·
Tindakan preventive, meminimalisir, dan mewaspadai bahaya kecelakaan baik dari
segi fisik atau psikis
·
Memberi kesempatan pekerja terutama, untuk meloloskan diri dari bahaya akan
kecelakaan
·
Melindungi diri dengan alat pelindung diri ( APD
)
·
Memberi pertolongan pertama pada kecelakaan
kerja
·
Menjaga kebersihan, keselamatan, dan kesehatan lingkungan kerja
·
Melindungi dan menjaga keselamatan tenaga kerja
dari bahaya dalam pekerjaanya
·
Hasil dan sumber dari tempat kerja dijaga,
dipergunakan dan dimanfaatkan se - efisien dan sebaik mungkin.
Kecelakaan kerja,
terutama disebabkan oleh human
failure, di karenakan memang sering ditemukan faktor manusia dalam
penelusuran sebab terjadinya kecelakaan kerja. Pencegahan kecelakaan kerja harus mendapat perhatian yang khusus dalam fungsi secara
keseluruhan. Kuli panggul merupakan
golongan pekerja harian lepas penyedia jasa yang banyak ditemukan di kawasan
perdagangan seperti pasar, terminal,
pelabuhan, bidang konstruksi dan tempat lainya.
Di Indonesia sendiri, banyak pekerja ini tidak bernaung
pada badan usaha / agensi, sehingga banyak hal yang luput dari pekerja terutama
soal asuransi dan minimnya pengetahuan keselamatan kerja. Maka tidak jarang
jika terjadi kecelakaan akibat kerja banyak menimpa pekerja, yang akan sangat
merugikan pekerja karena tidak tercover asuransi. Kecelakaan akibat kerja
tersebut antara lain keram otot, back
pain baik tulang pinggang, tulang leher, maupun tulang punggung yang bisa
berdampak menjadi syafar terjepit ( Herniasi Nucleus Pulposus ) sebagai
penyebab kelumpuhan. Nyeri pada tulang belakang dapat merupakan gejala awal
saraf terjepit yang disebabkan oleh menyempitnya rongga ( stenosis ) yang dilalui saraf atau sekelompok saraf ( Saekhu,
2014 ). Hal ini merupakan potensi bahaya yang cukup tinggi. Dibawah ini,
merupakan table kategori potensi bahaya ditempat kerja menurut ILO :
Kategori
A
|
Kategori
B
|
Kategori
C
|
Kategori
D
|
Potensi
bahaya yag menimbulkan risiko dampak jangka panjang pada kesehatan
|
Potensi
bahaya yang menimbulkan risiko langsung pada kesehatan
|
Risiko
terhadap ksejahteraan atau kesehatan sehari – hari
|
Potensi
bahaya yang menimbulkan risiko pribadi da psikologis
|
Bahaya
factor kimia
(
uap, debu, uap logam)
Bahaya
factor biologi
(
penyakit dan gangguan oleh virus, bakteri, binatang, dan sebagainya )
Bahaya
factor fisik
(
bising, penerangan, getaran, iklim kerja, jatuh )
Cara
kerja dan bahaya factor ergonomis
(
posisi bangku kerja,pekerjaan berulang – ulang, jam kerja yang lama )
Potensi
bahaya lingkungan yang disebabkan polusi
|
Kebakaran
Listrik
Potensi
bahaya mekanikal ( tidak adanya pelindung mesin )
House
keeping
(
perawatan buruk pada peralatan )
|
Air
minum
Toilet
dan fasilitas mencuci
Ruang
makan atau kantin
P3K
di tempat kerja
Transportasi
|
Pelecehan,
termasuk peecehan seksual dan intimidasi
Terinveksi
HIV / AIDS
Kekerasan
di tempat kerja
Stress
Narkoba
ditempat kerja
|
Berdasarkan
teori domino effect, penyebab pada kecelakaan kerja (H.W. Heinrich), maka dapat direncanakan berbagai upaya dengan
tujuan untuk mencegah kecelakaan kerja
di tempat kerja, antara lain :
a.
Upaya pencegahan kecelakaan kerja melalui pengendalian
bahaya di tempat kerja :
·
Melakukan pemantauan serta pengendalian kondisi
dan tindakan tidak aman di tempat kerja.
b.
Upaya pencegahan kecelakaan kerja melalui edukasi dan supervisi
:
·
Memberi pelatihan dan edukasi K3 terhadap tenaga
kerja.
·
Konseling dan konsultasi tentang implementasi K3 dengan tenaga kerja.
·
Pengembangan SDM
ataupun teknologi yang mendukung
peningkatan implementasi K3 di tempat kerja.
c.
Upaya pencegahan kecelakaan kerja melalui sistem manajemen
:
·
Pemberian prosedur dan aturan K3 di tempat
kerja.
·
Penyediaan sarana dan prasarana K3 dan
pendukungnya di tempat kerja.
·
Memberi reward and punishment terhadap penerapan K3 di tempat kerja bagi tenaga
kerja.
Untuk
setiap kegiatan yang mengangkat beban, usahakan untuk selalu memperhitungkan
kemampuan individu, berat beban, sifat
beban, kondisi lingkungan, pelatihan, dan organisasi kerja. Pertimbangkan
apakah dapat menggunakan alat bantu yang mengangkat, seperti forklift truk, listrik atau tangan - powered hoist atau ban berjalan.
Memikirkan juga penyimpanan bebanya sebagai bagian dari proses pengiriman (
distribusi ) - mungkin item yang berat bisa dikirim langsung atau lebih dekat
dan mengurangi jarak membawa mana mungkin.
Beberapa faktor penyebab kecelakaan
kerja kuli panggul antara lain:
1) Tempat kerja
Menurut regulation of Health, Safety, and welfare 1992 dan approved Code of
Practice no 124, mengatakan bahawa tempat kerja harus sesuai dengan unsur
keselamatan kerja yang meliputi tempat kerja, atmosfer tempat kerja,
temperature tempat kerja,pencahayaan, dan
perawatan. Dari regulasi
tersebut, jelas pasar tradisional di Indonesia hampir tidak memenuhi regulasi
tersebut. Sudah dapat dipastika tempat kerja ini sangat tidak eronomis.
Indikasi tersebut dapat ditemukan antara
lain tidak adanya jalur khusus pekerja kuli panggul, dan memang desain pasar
yang cenderung hanya memperhatikan
kenyamanan konsumen dan pedagang, sehingga jalur ini diabaikan. Padahal desain
pasar yang hingga berlantai dua, sangat mempengaruhi daya pekerja. Pemindahan
barang secara manual apabila tidak dilakukan secara ergonomis akan menimbulkan
kecelakaan yang disebut over exertion-
lifting and carrying ( Nurmianto, 2004 ).
Permasalahan ini ditambah karena pekerja
harus mengangkut banrang hingga ke kios
terjauh, dengan daya dukung tempat kerja yang sangat minim menyebabkan banyak cedera bahkan kecelakaan
yang ditimbulkan. Pada dasarnya proses material
handling juga akan terganggu, saat pekerja menerima barang dari angkutan,
posisi pengangkatan juga masaih bermasalah. Posisi pengangkatan banyak yang
vertical, dimana otot dan tubuh harus menerima tumpuan yang besar dan sangat
memungkinkan potensi kecelakaan.
Kecelakaan akibat kerja kuli panggul
disebabkan antara lain posisi material
handling yang salah, sebagai pekerja yang mengandalkan terutama otot tangan dan kaki, membuat pekerja harus
tahu betul posisi yang ergonomis sehingga kecelakaan kerja dapat dihindari. Materials handling and internal traffic are
contributing factors in a major portion of accidents in many industries.
Depending on the type of industry, the share of work accidents attributed to
materials handling varies from 20 to 50% ( ILO, 2011 ). Namun, karena kurang
pengetahuan tentang material handling,
pekerja hanya menggunakan perkiraan “aman”, tak jarang juga, demi mengejar target,
stretching juga dilupakan.
Banyak parameter pengangkatan beban yang
harus diperhatikan. Parameter yang harus diperhatikan dalam mengangkat beban
antara lain beban yang harus diangkat, perbandingan antara berat beban dan
orangnya, jarak horizontal dari beban terhadap orangnya, dan ukuran beban yang
diangkat ( beban yang berdimensi besar mempunyai CG ( center of gravity ) yang lebih jauh dari tubuh dan bisa menggangu
jarak pandangnya ( Nurmianto, 2004 ).
Kebutuhan dalam mengangkat secara manual
harus sangat teliti secara ergonomis, karena terdapat standardisasi dalam
aktivitas angkat manusia. Agar pengangkatan beban ergonomis, terdapat batasan
beban yang boleh diangkat berkaitan dengan usia, gender, dan batasan beban
angkat ( limit loads) . Berdasarkan batasan usia menurut ILO :
Pria
dibawah 16 tahun, maksimum angkat adalah 14 kg
Pria
usia 16 tahun – 18 tahun, maksimum beban angkat 18 kg
Pria
usia lebih dari 18 tidak ada batasan angkat, namun idealnya 40 kg
Wanita
usi 16 tahun – 18 tahun, maksimum beban
angkat 11 kg
Wanita
usia lebih dari 18 tahun, maksumum beban angkat 16 kg
Hal ini yang harus menjadi patokan dalam
mengangkat beban, karena telah mempertimbangkan beberapa factor kesehatan.
Sangat bertentangan dengan apa yang dilakukan pekerja kuli panggul, dengan
beban yang jauh lebih besar dari batas angkat beban yang di setujui ILO. Selain
batasan beban angkat, terdapat pula tindakan yang harus dilakukan nsesuai
dengan batas angkatnya. Menurut Health
and Safety Occupational Commission ( HSOC ) Inggris tahun 1982 sebagai
berikut :
Batasan angkat
( kg)
|
Tindakan
|
Dibawah
16
|
Tidak
ada tindakan khusus yang dilakukan
|
16-34
|
Prosedur
administrative dibutuhkan untuk mengidentifikasi ketidakmampuan seseorang
dalam mengangkat beban tanpa menanggung resiko yang berbahaya kecuali dengan
perantaraan alat bantu tertentu
|
34-55
|
Sebaiknya
operator terpilih dan terlatih.
Menggunakan system material handling secara terlatih, dan harus dibawah
pengawasan supervisor
|
Diatas
55
|
Harus
memakai peralatan mekanis dengan operator terpilih dan terlatih. Pernah
mengikuti training kesehatan dan keselamatan kerja, dan dibawah pengawasan
yang ketat.
|
Selain itu, factor usia pada pekerja
lansia juga merupakan hal yang harus disoroti, tidak hanya di Indonesia, namun
juga di dunia Internasional. Older
workers differ from their younger
counterparts in a variety of physical / biological, psychological / mental, and
social dimensions. In some cases these reflect normative changes of aging ( for
example, presbyopia), while in others they represent age – dependent increase
in the likelihood of developing various ab normal conditions, such as coronary
artery disease (the national researcher council and institute of medicine, 2004
).
Selain itu, postur kerja sangat
berkaitan dengan ergonomic,dan berlaku untuk segala jenis pekerjaan termasuk
kuli panggul. Postur kerja yang sering dilakukan
oleh manusia dalam melakukan pekerjaan antara lain berdiri, duduk, jongkok,
membungkuk, berjalan, dan lain sebagaianya. Postur kerja tersebut di lakukan
tergantung dari kondisi sistem kerja yang ada. Jika kondisi sistem kerjanya
yang tidak sehat akan menyebabkan kecelakaan kerja, karena pekerja melakukan
pekerjaan yang tidak aman ( Nurmianto, 2004 ).
Manual handling berpengaruh pada anatomi badan terutama tulang belakang,
tangan, dan kaki. Kekuatan mengangkat beban dipengaruhi oleh bebebrapa factor
antara lain berat beban , kelenturan badan, posisi lengan , kecepatan proses lifting, kecenderungan tubuh bagian atas ke samping, memutar
badan, ketegangan
otot ( Sonny,
2011 ). Ada beberapa hal sederhana untuk
dilakukan sebelum dan selama angkat / membawa yaitu memikirkan penanganan
sebelum mengangka. Rencankan pengangkatan. Dapatkah penanganan pertama
digunakan? Mana beban akan ditempatkan? Apa bantuan diperlukan untuk mengangkat
beban? Hapus hambatan yang mempersulit pengangkatan seperti membuang pembungkus
bahan. Untuk mengangkat yang lebih lama, pertimbangkan beristirahat midway
beban pada meja atau bangku untuk mengubah pegangan. Kemudian membawa beban
dekat/ sejajar dengan pinggang.
Hal ini sangat erat kaitanya dengan
postur kerja. Postur kerja sangatlah erat kaitannya dengan keilmuan ergonomi
dimana pada keilmuan ergonomi dipelajari bagaimana untuk meningkatkan
kesejahteraan fisik dan mental melalui upaya pencegahan cedera akibat postur
kerja yang salah dan penyakit akibat kerja serta menurunkan beban kerja fisik
dan mental, oleh karena itu perlu dipelajari tentang bagaimana suatu postur
kerja dikatakan efektif dan efisien, tentu saja untuk mendapatkan postur kerja
yang baik kita harus melakukan penelitian-penelitian serta memiliki pengetahuan
dibidang keilmuan ergonomi itu sendiri dengan tujuan agar kita dapat
menganalisis dan mengevaluasi postur kerja yang salah dan kemudian mampu
memberikan postur kerja usulan yang lebih baik sebab masalah postur kerja
sangatlah penting untuk diperhatikan karena langsung berhubungan ke proses
operasi itu sendiri, dengan postur kerja yang salah serta dilakukan dalam
jangka waktu yang lama dapat mengakibatkan operator akan mengalami beberapa
gangguan-gangguan otot ( Musculoskeletal ) dan gangguan-gangguan lainnya
sehingga dapat mengakibatkan jalannya proses produksi tidak optimal (Andrian,
2013).
Beberapa gerakan aman ketika Anda mengangkat beban, usahakan
selalu:
1. Membawa beban sedekat
mungkin dengan tubuh (menempel pada bagian tubuh)
2. Jaga punggung dalam posisi tetap lurus
3. Usahakan kaki sedikit melebar ke luar dan mendorong
bokong keluar ( seperti posisi kuda-kuda yang lebih rendah )
4. Selalu usahakan untuk menekuk lutut
5. Menjaga kepala menghadap lurus ke depan, dan proses pengangkatan beban akan lebih
seimbang dengan posisi tulang belakang tetap lurus ( jangan membungkuk )
6. Tahanlah napas sebentar saat mulai mengangkat beban
Beberapa masalah yang sering dialami
kuli panggul dalam proses pengangkatan beban antara lain :
Masalah
|
Solusi
|
Mengangkat beban dengan membungkuk
dan kaki lurus
|
Usahakan punggung/ tulang belakang
tetap lurus dan posisi lutut menekuk
|
Membawa beban dengan posisi
terlalu jauh dari tubuh
|
Memegang beban sedekat mungkin
dengan tubuh usahakan menempel agar lebih meringankan berat beban
|
Gerakan memutar sambil mengangkat
beban
|
Merencanakan kembali metode liftting untuk menghindari gerakan
memutar. Mengubah gerakan memutar tubuh dengan menggunakan kaki seperti teknik pivot ( kaki
memutar denagn sudut tertentu sesuai arah rute benda akan dibawa )
|
Kehilangan keseimbangan selama
mengangkat beban sebab:
1. Jarak kedua kaki yang terlalu
berdekatan
2. Beban yang tidak rata atau
tidak stabil
3. Beban terlalu berat
|
Tetap jaga kaki agar lebar, sikap
yang seimbang dengan kaki umumnya selebar bahu
Jika bentuk beban tidak rata, cara
mengangkat beban bisa menggunakan
tripod angkat atau meminta bantuan
untuk mengangkat beban
Jika beban terlalu berat, terdapat
dua pilihan yaitu meminta orang lain
untuk membantu dan menggunakan mekanik bantu
untuk mengangkat beban
|
Memutar tubuh saat mengangkat dan
langsung membawa beban ke tempat dengan rute yang banyak terdapat halangan
|
Memeriksa jalur dan pastikan rute
telah bersih dan aman untuk dilewati. Dalam mengangkat usahakan dengan teknik
pivot lifting
|
Kurang koordinasi dalam tim antara
dua orang atau lebih dalam pengangkatan
|
Cobalah berkomunikasi, dan merencanakan pengangkatan ideal bersama
untuk memudahkan dalam koordinasi setiap gerakan
|
Posisi pengangkatan beban tersebut
dapat digambarkan seperti dibawah:
Beberapa contoh
teknik pengangkatan beban yang sering digunakan.
a. Basic
lift ( teknik dasar dalam pengangkatan beban )
Sumber
: U.S.
ARMY CENTERFOR HEALTH PROMOTIONAND PREVENTIVE MEDICINE
Lift
ini adalah metode yang paling umum dari teknik mengangkat. Penggunaanya antara
lain untuk mengangkat benda-benda yang cukup kecil. Cara melakukan basic lift
yaitu :
1.
Dekatkan diri ke
objek dengan posisi hampir jongkok.
2.
Kemudian berdiri dengan sikap kaki melebar dan
tempatkan satu kaki ke depan dan ke sisi objek.
3.
Jaga punggung agar tetap lurus, dan seolah- olah posisi
mendorong, tetapi punggung langsung
ditarik ke arah luar, kemudian gunakan kaki dan pinggul dengan posisi
lebih rendah dari objek.
4.
Usahakan dalam mengangkat beban, taruh beban sedekat mungkin dengan tubuh.
5.
Jika kotak memiliki handle,
pegang gagang
6.
Tempatkan tangan di sisi objek ( bagian bawah / alas
objek ), usahakan bagian tangan juga searah dengan kaki yang lebih maju.
7.
Begitu juga dengan tangan lain, tempatkan tangan di
objek sama seperti tangan sebelah kiri
8.
Pastikan objek tegak lurus dengan kedua tangan.
9.
Mulai untuk mengangkat
10. Angkat
beban kemudian menyusul dongakan kepala dan bahu. Dalam menahan beban, usahakan
kaki tidak menutup rapat agar lebih
kuat.
11. Mulai
mengangkat secara vertical, dimulai dari berdiri dengan punggung, bokong lurus,
dan tahan napas saat mulai mengangkat.
Jika
Anda melakukan teknik mengangkat ini dengan benar, kepala anda akan terangkat
pertama dengan posisi punggung lurus. Jika pinggul terangkat pertama dan harus
menekuk punggung ( posisi membungkuk )
kemudian berdiri tegak, maka anda melakukan teknik angkat ini denagn salah. Karena pada posisi
membungkuk, beban lebih membebani tulang belakang, dan ini sangat berpotensi
bahaya.
b. Power
lift
Sumber
: U.S.
ARMY CENTERFOR HEALTH PROMOTIONAND PREVENTIVE MEDICINE
Gunakan teknik
mengangkat ini ( power lift ) untuk
benda-benda yang terlalu besar. Power
Lift ini sangat mirip dengan teknik angkat dasar. Di power lift, objek bergeser dengan mendorong bokong untuk meringankan
berat beban saat berdiri. ( Profesional Atlet angkat besi mengangkat
menggunakan posisi ini ). Cara melakukan power
lift yaitu :
1.
Menempatkan kaki
kiri lebih kedepan dari kaki kanan sikap
mengangkang.
2. Jagalah punggung tetap lurus, mendorong posisi pantat lebih
keluar dengan menggunakan kaki, dan pinggul turun mendekat ke objek.
3.
Mendekap beban sedekat mungkin dengan tubuh.
4.
Pastikan objek tegak lurus dengan kedua tangan.
5.
Bersiaplah untuk mengangkat
6.
Angkat beban, kemudian menyusul dongakan kepala dan bahu. Tahan kaki untuk mulai menutup (
jangan terlalu rapat), dan mulai mengangkat dengan berdiri dengan posisi
punggung lurus, bokong keluar (kaki mulai menutup pada posisi ini), dan tahan
napas ketika mulai mengangkat.
c.
Tripod Lift
Penggunaaan tripod lift ini untuk distribusi objek
berat dan bentuk tidak merata (contoh: karung makanan). Teknik ini sangat
mengandalkan otot lengan dan kaki. Dan tidak dianjurkan untuk orang yang mempunyai
masalah pada lutut. Karena akan fatal, bisa merusak ligament dan otot keram. Cara melakukan tripod lift yaitu :
Sumber
: U.S.
ARMY CENTERFOR HEALTH PROMOTIONAND PREVENTIVE MEDICINE
1.
Tempatkan kaki kiri di samping objek. Jaga
punggung tetap lurus, dorong bokong
keluar, dan perlahan - lahan turunkan diri ke lutut kiri (jangan sampai
membungkuk). (Untuk bantuan, bisa menempatkan benda pada bangku atau paha untuk
mempermudah pengangkatan).
2.
Posisikan objek dekat dengan lutut pada yang menempel
tanah ( kaki kiri).
3.
Pastikan objek tegak dengan kedua tangan.
4.
Geser objek dari lutut di tanah ke pertengahan paha. Jaga
kepala kearah depan lurus dengan bokong dan angkat objek ke paha yang lebih
tinggi
5.
Letakkan kedua lengan di bawah objek (dengan
posisi telapak menghadap ke atas) dan
memeluk objek dibagian perut dan dada.
6.
Mulai untuk mengangkat
7.
Angkat beban kemudian menyusul dongakan kepala dan bahu. Tahan kaki untuk mulai menutup.
Mulai angkat dengan berdiri dengan posisi punggung lurus, bokong keluar (kaki
mulai menutup pada posisi ini), dan tahan napas ketika mulai mengangkat.
d. Overhead
Lift
Penggunaan overhead lift ini untuk menempatkan objek
di rak yang lebih tinggi dari kepala. Teknik angkat ini dimulai dengan objek di
tangan Anda. Hati-hati! Lift overhead berisiko pada ketegangan otot. Hal ini dapat
mempersulit untuk menjaga keseimbangan selama mengangkat. Jika mungkin,
menghindari mengangkat dengan metode ini dan usahakan hanya menggunakan metode
ini jika benar- benar diperlukan saja.
Sumber
:
U.S. ARMY CENTERFOR HEALTH PROMOTIONAND PREVENTIVE MEDICINE
Cara
melakukan overhead lift yaitu :
1.
Posisikan objek agar dekat dengan tubuh.
2.
Jaga kaki agar selebar bahu, satu kaki sedikit di depan.
3.
Mulai untuk mengangkat.
4.
Angkat objek untuk rak tinggi menggunakan otot-otot
lengan dan bahu. Dan tetap menjaga agar objek menempel pada tubuh dengan posisi
seperti pada gambar kiri dan bernapas saat mengangkat.
5.
Ketika mencapai rak, perlahan-lahan tahan kaki pada
posisi belakang dan sedikit demi sedikit
untuk maju. Selalu jaga agar posisi punggung lurus.
6.
Ketika beban mencapai tepi rak, mendorong objek ke rak.
e. Teknik Pivot
Ketika Anda harus
angkat objek dan kemudian membawa pergi, itu umumnya langsung untuk memutar
tubuh terlebih dahulu. Namun, memutar dan mengangkat bersamaan dapat
menyebabkan kerusakan serius pada jaringan didaerah tulang belakang. Teknik
pivot untuk menghindari memutar sambil mengangkat.
Sumber
: U.S.
ARMY CENTERFOR HEALTH PROMOTIONAND PREVENTIVE MEDICINE
Cara melakukan pivot
lift yaitu :
1.
Angkat beban menggunakan salah satu teknik sebelumnya.
2.
Tahan beban dekat dengan tubuh sejajar pada pinggang.
3.
Putar 90 derajat salah satu kaki kearah dimana akan
membawa beban tersebut. Usahakan beban pada posisi tetap sejajar pada pinggang.
4.
Mulailah berjalan dan tanpa harus memutar tubuh
Batas angkat pada ketinggian posisi
manusia berdasarkan gender :
Sumber : www.vdecmalang.com
Gambar diatas
merupakan batasan mengangkat dan mengangkut yang dianjurkan agar beban sedekat
mungkin pada garis vertikal gravitasi tubuh. Tujuanya untuk mengimbangi
aktivitas pada otot, sehingga otot statis dapat dihindari. Pada gambar
standar kemampuan angkat diatas juga merupakan standar yang dapat digunakan
pada operator yang meliputi berat beban pada posisi tubuh sesuai ketinggian ,
batasan angkat beban berdasarkan gender, karena antara laki – laki dan
perempuan memiliki kekuatan otot dan tubuh secraa keseluruhan yang berbeda,
maka batasan ini bisa dijadikan rujukan dalam menerapkan kaidah ergonomic untuk
meningkatkan implementasi K3. Pada gambar juga telah didiskripsikan, posisi
siku – siku yang benar membentuk sudut 90 drajat dan 180 drajat dalam
pengangkatan memiliki kekuatan otot yang berbeda. Dengan menggunakan
pertimbangan diatas, maka diharapkan dapat meminimalisir cedera akibar kerja
yang dialami kuli panggul.
Hal ini sudah sangat disarankan lembaga
yang bergerak dibidang keselamatan kerja salah satunya HSE. Jika Anda harus mengangkat sesuatu secara manual, usahakan
untuk mengurangi jumlah memutar, membungkuk, menghindari mengangkat dari lantai
bertingkat atau di atas ketinggian bahu, terutama beban berat, menyesuaikan
tempat penyimpanan untuk meminimalkan kebutuhan untuk melakuakn gerakan,
mempertimbangkan bagaimana Anda dapat meminimalkan jarak tempuh,
mempertimbangkan berat untuk dibawa dan apakah pekerja dapat memindahkan beban
aman atau kebutuhan bantuan, mungkin beban dapat dipecah menjadi komponen yang
lebih kecil dan ringan.
5. Pengaruh Otot Akibat Pengangkatan Beban
Otot
merupakan jaringan yang terdapat pada makhluk hidup ( manusia dan hewan saja )
yang berfungsi sebagai system untuk bergerak, dalam hal ini tulang yang
digerakan otot sehingga makhluk hidup dapat bergerak. Menurut Joseph J Previtte
thaun 1983 bahwa : musle is the body
engine and its activity generates force and heat. The force makes work and
movement possible wheal heat helps to maintain constant body temperature.
Pada pekerjaan manual, manusia harus
memiliki kekuatan secara fisik, maka dari itu diperlukan otot dan tulang yang
kuat. Bagian otot yang paling berperan dalam pengangkatan adalah otot lengan,
otot kaki, dan otot dibagian tulang belakang. Maka, cedera akibat pekerjaan yang
sering timbul adalah sakit pada bagian kaki, pinggang, punggung, tulang leher,
serta lengan. Dengan bertambah kompleksnya aktivitas pada otot, beberapa
masalah yang harus diperhatikan dalam kerja berat antara lain denyut jantung ( heart rate ), tekanan darah ( blood pressure) , cardiac pada paru – paru, komposisi darah, temperature tubuh ( body temperature ), kecepatan keringan (
sweating rate ), pulmonary ventilation, dan konsumsi oksigen ( Nurmianto, 2004 ).
Penyakit yang disebabkan karena
pekerjaan dengan beban cenderung tetap, melawan gravitasi, dan dalam kurun waktu yang lama, dalam istilah
medis, sering disebut beban otot statis ( static
muscle loads). Beban otot statis terjadi ketika pekerja sudah mulai
mengangkat beban dalam waktu yang cukup lama dan pada pekerja dapat menyebabkan
aliran darah tidak cukup dalam mensuplay oksigen, sehingga berdampak pada
kelelahan / kram otot, nyeri otot dan
juga nyeri sendi / cedera lutut.
Beberapa keluhan cedera akibat kerja
kuli panggul :
1. Kram otot
Kram otot terjadi akibat otot tertarik
pada arah yang salah, kontraksi otot yang berlebihan atau saat terjadi
kontraksi, dan juga bisa disebabkan otot yang belum siap. Kram otot sering
terjadi pada bagian paha ( groin muscles ), hamstrings ( otot paha bagian bawah
, otot betis, dan otot quadriceps ( Rini susilowati, 2014 ).
Penyebab dari kelelahan otot atau kram, yaitu
karena melakukan pekerjaan berat tanpa disertai pemanasan ( stretching ) terlebih dahulu. Oleh
karena itu, pemanasan wajib dilakukan sebelum memulsi pekerjaan. Sebelum
melakukuan pekerjaan, kuli panggul diharapkan melakukan pemanasan sebelum
mengangkat beban, mulai dari otot tanagn, kaki, dan bagian tubuh lain agar
tidak kaget ketika mendapat beban berat nantinya. Selain itu, usahakan
pemanasan dilakukan dengan sempurna, juga jaga agar tubuh tidak sampai
dehidrasi. Karena saat melakukan aktivitas fisik, banyak keringat yang
dikeluarkan, akan sangat mempengaruhi elektrolit dalam tubuh selain air
mineral.
Cara mengatasi masalah kelelahan pada otot
antara lain dengan berolahraga. Cara untuk mengatasi kelelahan dengan olah raga
akan meningkatkan kekuatan dan kemampuan otot lebih kuat, olahraga yang rutin
juga akan berdampak pada lancarnya aliran darah karena kerja jantung lebih
effisien. Dan perlu dihindari dalam melakukan pekerjaan secara tiba-tiba karena
akan membuat kerja jantung tidak stabil, sehingga sering mengakibatkan mata
berkunang-kunang karena aliran darah ke otak belum sempurna. Mata berkunang
atau sempoyongan ini juga bisa disebabkan karena dehidrasi dan frekuensi
pernafasan yang tidak teratur. Jika hal ini dibiarkan terus menerus, dapat
menimbulkan penyakit lain antara lain
anemia ( kurang darah ) yang akan sangat berpengaruh terhadap daya kerja
kuli panggul.
2. Nyeri pada sendi
Karena rute pengangkatan yang sering
dilewati pekerja cenderung panjang dan tidak jarang pula melalui yang anak
tangga, ditambah beban yang berat akan berdampak pada otot dan sendi pada
bagian kaki. Pergerakan sendi bagian kaki yang paling banyak bergerak adalah
bagian tempurung kaki, pergelangan pada kaki serta lulut. Ketika cedera terjadi pada lutut,
gejala yang dirasakan antara lain nyeri, juga tampak memar, bahkan terkadang bengkak. Gejala
tersebut dapat terjadi berurutan setelah pekerja mengalami cedera lutut. Hal
ini biasanya disebabkan karena terjepitnya syaraf dan rusaknya pembuluh darah
pada bagian kaki.
Selain itu,
cedera lutut juga dapat menyebabkan mati rasa, kaki terasa lemah, kesemutan,
bisa juga menyebabkan kedinginan, sehingga warnanya kebiruan atau pucat pada
kaki bagian bawah. Beberapa penyebab cedera pada lutut antara lain karena
benturan secara langsung pada lutut. Selain itu juga bisa disebabkan karena
lutut menjadi tumpuan pada saat tubuh memutar, bisa juga karena jatuh dengan
posisi menekuk lutut. Namun, biasanya cedera pada lutut yang secara tiba - tiba terjadi, dikarenakan cedera tersebut
sudah pada tahap akut.
Karena lutut
terdiri atas beberapa bagian, beberapa cedera pad lutut yang sering terjadi
pada pekerja antara lain :
a. Keseleo
Keseleo adalah
bagian dari cedera lutut, bagian kaki yang terkena akibat cedera ini adalah
bagian ligament. Ligamen sendiri merupakan pita – pita keras yang menghubungkan
tulang dengan tulang, bagian dari lutut ini yang berfungsi untuk menyatukan
bagian lutut. Pada saat keseleo, bagian ligament tertekan, sehingga posisi
idealnya dalam tubuh berubah, bahkan bisa bergeser jika gerakan yang dilakukan
terlalu keras. Beberapa tingkatan dalam kesleo :
Tingkatan
|
Akibat
|
Tingkat 1
|
Lutut tetap stabil, walaupun tidak
ada kerobekan pada ligament. Rasa sakit akan timbul pada ligament
|
Tingkat 2
|
Lutut yang tidak stabil merupakan
bagian dari dampak yang ringan karena
adanya sebagian serat ligamen yang mengalami kerobekan.
|
Tingkat 3
|
Lutut yang terkena dampak berat,
karena serat ligamen mengalami kerobekan yang benar -
benar parah.
|
b. Bursitis
Cedera lutut
lainnya adalah bursitis, yakni iritasi atau infeksi yang terjadi pada kantung (
berisi cairan pada lutut ) yang
sering disebut bursa. Bursa berfungsi
sebagai peredam kejut untuk meminimalisir gesekan yang terjadi antarjaringan
yang membentuk lutut, seperti otot dan tendon yang terdapat di daerah sekitar
sendi. Bursa sendiri dibagi menjadi dua bagian utama, yaitu trletak pada bagian
tempurung lutut dan diujung bagian bawah tulang tibia.
c. Meniskus
Cedera ini
terjadi karena telah kerusakan pada bagian lutut seseorang. Menikus merupakan
potongan kecil yang berbentuk semi bulat yang terdapat pada tulang rawan yang
berfungsi sebagai peredam kejut. Selain itu, bagian ini juga berfungsi sebagai
bantalan pada tulang paha. Biasanya, cedera ini terjadi karena factor usia.
Namun bukan berarti tidak dapat menyerang seseorang yang tidak lansia, jika
bantalan ( meniscus ) ini sering
digunakan untuk mengangkat beban yang berat dan tidak diimbangi dengan olahraga
serta makanan yang mampu meningkatkan kesehatan meniscus pasti akan berdampak
pada cedera, walaupun usainya belum lansia.
d. Tegang otot lutut
Tegang pada otot
lutut sudah sering dialami oleh banyak pekerja, hal ini terjadi karena otot
disekitar lutut atau yang biasa disebut tendon tegang akibat terlalu dalam (
renggang ) dalam menekuk lutut atau saat melakukan perengangan otot kaki. Sakit
yang dialami bisa langsung terasa, terutama bagian luar lutut. Sehingga akan
menggangu aktivitas yang membutuhkan gerakan. Hal ini juga harus menjadi
pertimbangan dalam melakukan stretching
( pemanasan tubuh ) agar tidak salah mengambil posisi, sehingga hasilnya
maksimal.
e. Dislokasi tempurung lutut
Berpindahnya
tempurung lutut ke sisi kaki atau dalam istilah medis disebut patella, akan
sangat terasa sakit karena tempurung tidak pda posisi idealnya. Dislokasi
tempurung biasanya terjadi akubat benturan yang tepat mengenai tempurung,
sehingga tempurung akan bergeser. Walaupun sakit, namun cedera ini tidak
menyebabkan hilangnya jiwa. Memang perlu penanganan khusus, sehingga tidak
merusak jaringan yang terdapat dalam tempurung lutut tersebut.
f. Dislokasi sendi
Selain dislokasi
tempurung lutut, dislokasi juga bisa terjadi pada area sendi. Hal ini
disebabkan terutama karena hantaman yang sangat keras, bisa juga karena
benturan. Cedera ini menyebabkan kerusakan yang parah pada hamper semua
komponen penyusun lutut. Terutama kerusakan pada syaraf dan pembuluh darah pada
area lutut.
g. Fraktur lutut
Fraktur biasanya
terjadi akibat benturan keras yang langsung mengenai tulang sekitar lutut.
Sehingga, tulang akan sangat riskan mengalami patah tulang bagian lutut.
Apalagi jika seseorang telah mengalami osteoporosis, akan memiliki tingkat
resiko tinggi. Selain itu, cedera pada lutut yang sering terjadi karena
kerusakan komplikasi dan telah dibiarkan dalam jangka waktu yang lama, akan
menimbulkan gejala seperti tremor. Yaitu, lutut terasa bergetar sesaat setelah
menjalankan aktivitas.
Ketika mengalami cedera pada lutut,
berikut beberapa hal yang bisa dilakukan sejak mengalami sedera :
Usahakan untuk mengistirahatkan bagian
sendi, karena dengan istirahat akan mengurangi rasa sakit dan akan memberi
pemulihan yang cukup cepat. Sehingga diharapkan aktivitas yang berhubungan
dengan pergerakan bagian sendi yang cedera bisa dikurangi. Selalu kompres
dengan air es selama 15 menit tiap dua jam untuk mengurangi rasa sakit yang
ditimbulkan serta mengurangi pembengkakan dan pendarahan dalam. Akan sangat
disarankan untuk diperban, dan upayakan agar tidak memberi air hangat atau
balsem di sendi yang mengalami cedera, juga jangan melakukan pemijatan diarea
yang cedera. Jika cedera pada lutut sudah berat, dan tidak mungkin dirawat
sendiri, hubungi dokter karena akan diberikan treatment khusus. Beberapa
treatment yang akan dilakukan dokter jika cedera parah antara lain operasi
terbuka, operasi artroskopik ( pada tulang rawan ), penarikan cairan atau
aspirasi, dan juga fisioterapi.
Selain akan membutuhkan biaya yang
besar, dan sangat timpang dengan hasil yang diterima, maka penerapan K3 untuk
menjaga pekerja dan lingkungan tetap ergonomis adalah hal yang wajib. Ditinjau
dari segi ekonomi, lingkungan, dan pekerja, semua akan menguntungkan jika K3
benar – benar diterapkan dengan baik.
6. APD ( Alat Perlindungan Diri )
Menurut
ILO tahun 2013, setiap tahun ada lebih dari 250 juta kecelakaan di tempat
kerja dan lebih dari 160 juta
pekerja menjadi sakit karena bahaya di tempat kerja. Terlebih lagi, 1,2 juta Pekerja meninggal akibat
kecelakaan dan sakit di tempat kerja. Angka menunjukkan,
biaya manusia dan sosial dari produksi terlalu tinggi. Data ini
menunjukan tingginya angka kecelakaan kerja di tempat kerja yang harus dapat
diminimalisir. Seiring perkembangan zaman, APD ( Alat Pelindung Diri ) sangat
dituntut agar menjamin keamanan para pekerja.
Sama halnya
dalam pekerjaan kuli panggul, APD sangat diperlukan untuk menunjang
produktivitas pekerja. Walaupun dalam kenyataanya, penerapan penggunaan APD oleh
pekerja kuli panggul masih sangat minim. Jika ditinjau dari tempat kerja, pasar
memang tidak ramah dalam desain tata letak dan jalur kerja bagi kuli panggul. Seperti
tidak adanya jalur khusus angkat barang, dimana fasilitasnya disamakan dengan
pembeli barang yang cenderung membawa beban ringan. Dikota besar, konstruksi
pasar biasanya lebih dari 2 lantai, dimana akses barang masuk hanya melalui
beberapa pintu yang setiap lantai dihubungkan dengan tangga. Hal ini akan
sangat mempengaruhi kinerja kuli panggul, karena lutut lebi banyak tertekan.
Perlengkapan
perlindungan diri yang wajib digunakan pekerja antara lain sepatu boots dengan sol karet agar membantu
pekerja dalam berjalan dilantai yang cukup licin, penggunaan masker untuk
melindungi diri dari virus, debu yang ada dipasar. Karena pasar merupakan
tempat umum dimana jika tidak berhati – hati justru akan menimbulkan bahaya
lain. Menggunakan pelindung kaki, sarung tangan, serta helm. Selain itu, agar
selalu diperhatikan tata cara penggunaan yang benar. Karena akan timbul masalah
baru, jika APD yang digunakan hanya sebagai hiasan semata tanpa menggunakanya
sesuai SOP / manual yang telah
distandarkan.
h. Psikologis
Ditinjau dari kondisi psikologis, tempat kerja yang tidak
mendukung sudah pasti akan menimbulkan rasa tidak nyaman dalam melakukan
pekerjaan. Maka tak heran, emosi yang tidak stabil pasti akan mempengaruhi
pekerja. Stress is a universal phenomenon; it can occur ata all
organizational leves and all jobs. Stress refers to an individual`s psychological
and psysiological responses to enviormental demands, and it carries at times
serve consequences in term of both physical and mental health. Reducing stress
is critical for the wellbeing of employees and accordingly for the continued
operational soundness of an organization. Technique for coping with stress
include setting and rearranging priorities, releasing emotions through actions
or discussions ( Kroemer Karl and Anne Kroemer, 2001 ).
Selain itu,
kondisi psikologis mempunyai hubungan erat dengan kondisi tubuh, antara lain
mood, otot, jantung, hati dan lain sebagainya. Karena banyak factor yang
mempengaruhi psikologi seseorang, menurut Joseph J Previte tahun 1983, physiology is the study of the function of
the whole organism and its parts over all includes biologican factor, chemical
factor, physical factor, also the environment factor that they`re connected one
between the others.
Oleh sebab
itu, factor ini menjadi pertimbangan yang cukup bagi para pekerja agar mampu
menjaga kondisi kondusif factor – factor yang mendukung dalam bekerja. Salah
satu cara agar kondisi psikologis tetap stabil, adalah dengan cara menjaga
komunikasi tim kerja, usahakan berperilaku hidup sehat, dan menjaga kondisi
spiritual.
i.
Minimnya
pengetahuan K3
Keselamatan kerja adalah saran utama
untuk pencegahan kecelakaan, cacat, dan kematian sebagai akibat kecelakaan
kerja. Keselamatan kerja yang baik adalah pintu aman bagi para tenaga kerja (
Suma`mur, 1981 ). Penerapan ilmu K3 ( Keselamatan dan Kesehatan Kerja ) di
Indonesia memang sangat minim dilingkungan pekerjaan yang tanpa memiliki agensi
yang menangani bidang pekerjaan tersebut. Namun, saat ini, pemerintah memang
sedang menggalakan kampanye penerapan K3 di lingkungan kerja, baik industry
skala besar, menengah, dan kecil / sentra UKM. Dalam tahun MEA ( ASEAN Economic
Community ) yang dimulai Januari 2016 ini, menuntut pekerja memiliki skill
khusus dan pengetahuan cukup tentang K3. Perhatian serius pemerintah ini telah
diimplementasikan salah satunya dengan memberi kewajiban pekerja untuk memiliki
asuransi jiwa, selain itu juga banyak progam di BLK ( Balai Layanan
Ketenagakerjaan ) daerah yang memberi pelatihan berupa keterampilan dan K3
umum. Hal ini sangat penting dalam meningkatkan daya saing masyarakat.
Jika
tempat kerja aman dan sehat, pekerja dapat melakukan pekerjaan dengan
efektif dan efisien. Sebaliknya, jika
tempat kerja tidak terorganisir dan banyak
terdapat potensi bahaya,
kerusakan dan absen sakit pekerja tak terhindarkan , yang mengakibatkan hilangnya
pendapatan serta produktivitas menurun. Meskipun kenyataannya , pekerja
di seluruh dunia telah secara hati
-hati merencanakan strategi tindakan
untuk meminimalisir potensi kecelakaan dalam bekerja, banyak
juga yang masih mengabaikan
masalah pentingnya keselamatan,
kesehatan dan kondisi kerja.
Menurut
ILO, setiap tahun ada lebih dari 250 juta kecelakaan di tempat
kerja dan lebih dari 160 juta pekerja menjadi sakit karena bahaya di
tempat kerja.Terlebih lagi, 1,2 juta Pekerja meninggal akibat kecelakaan dan sakit
di tempat kerja. Angka
menunjukkan, biaya manusia dan sosial
dari produksi terlalu tinggi.
Di
masa lalu, kecelakaan dan gangguan
kesehatan di tempat kerja dipandang sebagai
bagian biasa dari proses
produksi. Namun, seiring berkembangnya zaman, sekarang terdapat berbagai
standar hukum nasional dan internasional tentang keselamatan dan kesehatan kerja yang harus dipenuhi di tempat
kerja. Standar - standar hukum
tersebut mencerminkan kesepakatan luas antara pengusaha / pengurus,
pekerja dan pemerintah bahwa biaya
sosial dan ekonomi dari kecelakaan kerja dan penyakit akibat kerja harus diturunkan. Sekarang dipahami
bahwa semua biaya ini memperlamban daya saing bisnis,
mengurangi kesejahteraan ekonomi negara
dan dapat dihindari melalui tindakan di tempat kerja yang sederhana tetapi
konsisten.
Motivasi
utama dalam melaksanakan keselamatan dan kesehatan kerja adalah untuk
meminimalisir potensi bahaya, mencegah kecelakaan kerja dan penyakit yang
ditimbulkan oleh pekerjaan. Oleh karena
itu perlu melihat penyebab dan dampak yang ditimbulkan nya. Potensi Bahaya
adalah sesuatu yang berpotensi untuk terjadinya insiden yang berakibat pada kerugian. Risiko adalah kombinasi dan
konsekuensi suatu kejadian yang berbahaya dan peluang terjadinya kejadian
tersebut. Mustahil untuk mengetahui semua bahaya yang ada.
Oleh karena itu, sangat penting bagi
pekerja untuk mndapatkan pengetahuan dan pelatihan tentang kesehatan dan
keselamatan kerja secara umum agar dapat diimplementasikan dalam tempat kerja.
Bagi kuli panggul yang merupakan buruh harian lepas, setidaknya mendapat
bantuan dari pemerintah dan LSM untuk memberi pengetahuan dasar K3. Beberapa
hal yang wajib diketahui pekerja secara umum antara lain hakikat k3,
pengetahuan tentang APD (Alat perlindungan diri ) sesuai tempat kerja, ke
ergonomisan baik pada gerakan pekerja dalam melakukan pengangkatan atau menata
tempat kerja agar potensi bahaya lebih bisa diminimalisir, serta pemberian SOP
(standar Operasional Produksi ) dalam melakukan pengangkatan dan penggunaan
APD.
Dengan bertambahnya ilmu dalam dunia
K3, pekerja diharapkan mampu mengurangi tingkat kecelakaan yang ditimbulkan
dari pekerjaan tersebut, serta mampu meningkatkan produktifitas kerja.
Kesimpulan
Banyaknya pekerja kuli panggul yang
merupakan bagian dari pekerja buruh harian lepas ditambah tidak adanya badan /
agensi yang membawahi secara langsung membuat pekerja ini sulit dalam
mendapatkan akses dalam penerapan K3. Selain dikarenakan kondisi ekonomi,
ditambah dengan tidak adanya perhatian pemerintah dalam memberikan konsep K3
bagi pekerja, membuat banyak pekerja tertimpa kecelakaan kerja yang disebabkan
karena kebiasaan buruk pekerja yang kurang memeperhatikan K3 terutama dalam
penerapan keergonomisan dalam melakukan pengangkatan barang. Mulai dari
penurunan barang saat diturunkan dari kendaraan, mengangkat dalam jarak yang
relative jauh, beban yang melebihi batasan yang dianjurkan ILO, kondisi pekrja
yang tanpa menggunakan APD, serta buruknya desain pasar untuk kuli panggul
menjadi runtutan masalah yang berdampak luarbiasa.
Dalam jangka pendek saja, sudah
dapat dipastikan, jika salah dalam melakukan pengangkatan, tampat kerja yang
tidak mendukung, dan ditambah beban yang
berat bagian otot lengan, otot kaki, dan bagian riskan lain seperti tulang
belakang, jika menggunakan metode pengangkatan head lift, bahaya yang
ditimbulkan bisa terdapat pada tulang leher yang merupakan kumpulan dari syaraf
ke otak. Jika hal ini dibiarakan terus – menerus dalam jangka waktu yang
panjang, dapat menimbulkan kelumpuhan / stroke.
Oleh karena itu, hal yang harus
diperbaiki dalam rangka meningkatkan produktifitas pekerja dan meminimalisir
potensi bahaya, ilmu ergonomic harus diterapkan bagi pekerja. Dalam konsep
terapan ilmu ergonomic antara lain metode / teknik manual handling ( pengangkatan beban ) yang tepat, melakukan
pemanasan otot ( stretching ),
mengetahui APD ( alat pelindung diri ) yang harus diimplementasikan dan cara
penggunaanya, dan mengetahui ilmu K3 secara umum.
Diharapkan, setelah mengetahui semua
aspek K3, dapat mengedukasi pekerja kuli panggul sehingga pekerja mampu
memiliki daya kerja yang tinggi sehingga produktifitas kerja akan meningkat
yang diikuti dengan meningkatnya pergerakan ekonomi pekerja itu sendiri. Hal
ini juga turut mendukung pemerintah dalam mewujudkan kesehatan dan keselamatan
tenaga kerja, bukan hanya pad sector industry, namun menyuluruh pada semua
aspek dan jenis pekerjaan, selain itu,
juga untuk mendukung era perdagangan bebas GATT 2020.
Referensi
Nurmianto,
Eko. 2004. Ergonomi ( konsep Dasar Dan Aplikasinya). Surabaya: Penerbit Guna
Widya
http://www.hse.gov.uk/toolbox/manual.htm
diakses pada tanggal 4 Juni 2016 pukul 15.06 WIB
http://www.ergonomiesite.be/links/Tiltechnieken.pdf
diakses pada 4 Juni 2016 pukul 16.32 WIB
Ellyana, Nur R.
2014. Analisis Risiko Postur Kerja Pada Pekerjaan Angkat – Angkut Dengan Metode
Ovako Working Analysis System (OWAS) Terhadap Risiko Keluhan Muskuloskeletal
Kuli Panggul Di Pasar Bunder Sragen. Surakarta : Eprints.ums.ac.id
Mulaksono,
Sonny. 2013. Tatacara Mengangkat dan Menjinjing di Tempat Kerja. Malang:
Widyaiswara Madya
Andrian,
Deni. 2013. Pengukuran Tingkat Resiko Ergonomi Secara Biomekanika
Pada Pekerja Pengangkutan Semen ( Studi Kasus: PT. Semen Baturaja ).
Laporan Kerja Praktek Fakultas Teknik Universitas Binadarma,
Palembang.
ILO.
2013. Kesehatan dan Keselamatan Kerja ( Sarana dan Produktivitas ) . Jakarta :
ILO
Saekhu. 2014. Akibat Nyeri Pada Tulang Belakang. Jakarta : Pustaka Mandiri
The
national research council and institute of medicine. 2004. Health and Safety
Needs for Older Workers. Washington DC : The National Academy Press
Kroemer
Karl and Anne Kroemer. 2001. Ergonomic Office. New York : Taylor and Francis Inc
Ima
Ismara dkk. 2010. Penyiapan Tenaga Kerja
Industri Yang Berkarakter Melalui Pembudayaan K3. Yogyakarta : Universitas
Negeri Yogyakarta
Suma`mur
P.K., 1981. Keselamatan dan Pencegahan Kecelakaan. Jakarta : PT. Toko Gunung
Agung
Susilowati,
Rini. 2014. Jurus Jitu Menguasai ( P3K ) Pertolongan Pertama Pada Kecelakaan.
Jakarta : Media Utama
Heinrich HW.1931. Industrial accident prevention: a
scientific approach. New York :McGraw-Hill.
ILO.
2011. Procedure and Regulation for Manuall Handling. New York : ILO.
The National Researcher
Council and Institute of Medicine. 2004. Occupational Safety and Health for
Older Workers. New York : The National
Researcher Council and Institute of Medicine press .
http://www.vedcmalang.com/pppptkboemlg/index.php/menuutama/mesin-cnc/1136-sonny-m
diakses tanggal 13 Juni 2016 pukul 15.29
BPS.
2010. Statistika Tingkat Populasi Penduduk dan Angka Pengagguran. Jakarta : BPS
Joseph
J Previte. 1983. Human Physiology. New York : Mc – Graw Hill Inc.
Thanks infonya, jangan lupa kunjungi website kami juga Thanks for info http://bit.ly/2MBC6vZ
BalasHapus