Persimpangan

Kalo ditanya kegiatan apa yang paling disukai aku sulit menjawab, tapi setidaknya kalo lebih dikerucutkan aku suka kegiatan outdoor yang ga monoton. Walaupun secara basic bisa tahan kerja di depan layar berjam-jam buat analisis.

Orang-orang kantor lebih mengenalku sebagai orang yang serba bisa dan multitasking. Ini jawaban pertama yang didapatkan selama mereka belum cukup mengenalku. Sesungguhnya, sungguh bukan orang yang multitasking, masih sama kebanyakan orang, nyaman dengan single tasking dan ga mau diganggu biar job segera solve. Pentingnya untuk menolak segala interupsi dalam bekerja sangat membantu. Hal ini alan mengeliminasi mana scope job yang harus dikerjakan berdasarkan skala pioritasnya  

Tapi, itu dalam bekerja, sesuatu yang masih bisa aku handle. Kalopun sudah mentok  tinggal eskalasi dan bahas bersama.

Sekalinya dalam duniaku sendiri berbeda. Mungkin 180 ° atau 360° berbeda. Berkomunikasi ke orang lain menurutku lebih mudah daripada berkomunikasi ke diri sendiri. Walaupun sekedar bertanya, "Apa yang kamu rasakan?"
Apalagi kalo sudah bertemu persimpangan. 
Layaknya berjalan, kadang harus berhenti sejenak untuk melihat papan petunjuk. Apakah akan lurus atau berbelok, kekanan atau kekiri.
Pemenuhan apa mau hati dan pikiran kadang ga sejalan, kalopun sejalan masih ada faktor lain yang berpengaruh. 
Ya, realita yang kita buat. Semakin lama waktu berjalan, semakin takut untuk bergerak. Seolah dirundung banyak pertanyaan yang berandai-andai.
Tapi, dipersimpanganlah salah satu titik untuk melihat jelas kearah mana melangkah. Atau, setidaknya berhenti sejenak, berpikir, bertanya, sebuah titik untuk merefleksikan diri dan memberi tanda "Apakah mau sign kanan atau kiri". 
Atau lebih jelasnya rambu, apakah akan merah untuk diam, toh juga nanti akan berhanti hijau untuk kembali bergerak. Tapi titik lampu kuning sangat berarti juga, setidaknya untuk bersiap-siap atas sebuah pilihan yang diambil.

Komentar

Postingan Populer